Dalam perjalanan saya mempersiapkan sebuah event tahun lalu di Bali, saya dikenalkan kepada salah satu pelukis yang menurut beberapa sumber karyanya masuk jajaran "most wanted". Ida Bagus Indra atau sering dipanggil IBI.
Sebelumnya saya berkenalan dengan istri IBI (yang kebetulan bernama sama dengan saya) di gallerynya di kawasan Jalan Thamrin - Denpasar. Pada gallerynya yang artistik tersebut dipajang beberapa lukisan IBI. Kesemua lukisan yang terpajang disana mengambil objek wanita yang ditampilkannya dengan sangat indah. Cantik dengan pesona magis. Dari Mbak Arilah saya tahu objek lukisan IBI adalah dirinya. Obrolan yang berlanjut dengan undangan makan malam di sanggarnya tentu saja saya terima.
Memasuki sanggarnya (saya lupa daerahnya) yang benar-benar asri, unik dan mistis (saya sempat nongkrong di pinggir kolam renangnya yang menghadap hutan bambu dan tidak terasa bulu kuduk saya berdiri) pastilah terbayang segala inspirasi dapat muncul disana.
Mendengar obrolan IBI yang ditimpali sang istri serasa melihat pengantin baru yang menceritakan kisah-kisah roman mereka. Perasaan cinta sang pelukis terhadap modelnya Inilah yang (menurut saya) membuat penggambaran sosok wanita dalam lukisan-lukisannya begitu hidup. IBI saat itu baru saja meluncurkan karya-karyanya dalam tema Kama Sutra yang sensual tapi indah yang menggambarkan ritual cinta mereka.
Diceritakannya pula proses penciptaan lukisannya yang melalui proses ritual keagamaan untuk persiapannya. Sang model yang merasa tidak memiliki bakat menari setelah melalui proses ritual tersebut bisa berubah menjadi seorang penari yang mahir semahir sang pelukis menarikan kuasnya. Itulah yang (menurut saya juga) membuat seolah lukisan tersebut memiliki pesona magis. Mbak Ari bahkan bercerita pada salah satu proses persiapan penciptaan lukisan yang mengambil setting di salah satu pantai keramat, dia sempat benar-benar emosional yang menunjukkan betapa beratnya tugasnya sebagai model (seolah ada kekuatan lain yang mengambil peran).
Obrolan hangat kami ditimpali pula dengan cerita-cerita yang membangkitkan inspirasi, karena selain proses penciptaan yang menarik juga tentang kehidupan yang ternyata tidak mudah. IBI saat memutuskan menjadi pelukis di Australia ditentang oleh keluarganya yang berujung pada penghentian subsidi. Tanpa uang IBI bahkan saat itu bersedia menjual satu lukisannya dengan harga murah hanya untuk makan sekali. Dibantu pengorbanan dan cinta sang istrilah kekuatan untuk hidup datang dan berujung keberhasilan. Sebuah sumber inspirasi yang indah.
Saat ini kegiatan IBI selain menciptakan karya-karyanya yang indah juga berkeliling dunia mengenalkan karya-karyanya dibantu keahlian sang istri yang mantan Public Relation sebuah hotel ternama di Bali. Saya juga belajar banyak, bagaimana proses eksebisi lukisan di luar negeri terutama Eropa. Persiapan logistik berupa pem-packing-an lukisan, proses asuransi dan sebagainya saat ini tidak banyak dilakukan. Perjalanannya ke luar negeri saat ini hanya membawa beberapa lukisan saja, selebihnya berupa pendokumentasian lukisan dalam format digital. Sesampainya di sana mereka hanya cukup melakukan presentasi dengan menampilkan slide-slide tersebut.
Sebuah cara yang menarik dan yang pasti mendukung pariwisata Indonesia (dalam hal ini Bali), karena para kolektor yang tertarik rela datang ke Bali hanya untuk mengunjungi gallery dan melakukan transaksi.
Satu lagi sosok yang saya kagumi. Indonesia harus bangga memiliki seorang pelukis seperti IBI ini, karena karya-karyanya menampilkan sosok wanita Indonesia dan kebudayaannya dan justru banyak dikenal dan dibicarakan di luar negeri.
2 komentar:
Dari awal sampai selesai, yang aq tunggu cuma satu, tapi kok ya ga muncul2. jadi akhirnya aku tanya, hehehe... kamu bilang kan sumber2 inspirasi adalah istrinya. lukisan2nya begitu indah dan cantik.. nah, istrinya camtik tidak? penasaran, hehehe...
seperti sebagian wanita Bali... cantik eksotik dan bisa menjadi inspirasi bagi sang (suami) pelukis
Posting Komentar