Event besar Jakarta Jazz Festival 2010 baru saja selesai. Menyesal rasanya tahun ini saya tidak bisa menonton karena bersamaan dengan kegiatan saya di luar Jakarta. Pengalaman dan kesan yang baik pada penyelenggaraan tahun 2009 lalu membuat saya penasaran apa lagi yang disajikan pada event ini tahun 2010. Iming-iming menonton spesial show John Legend dan baby Face (maaf Toni Braxton bukan favorit berat saya). Teman-teman saya yang juga kecewa saya tidak dapat pergi bersama mereka akhirnya rajin memberikan info seputar event ini baik lewat e-mail, twitter maupun facebook saya.
Saya pernah mengungkapkan kepada teman-teman saya bahwa ada sebuah pertaruhan besar sekaligus tantangan yang menarik bagi penyelenggara kali ini. Pemindahan lokasi dari Jakarta Convention Center ke Jakarta International Expo bukan perkara yang mudah. Luas venue yang hampir lima kali lebih besar plus jauhnya lokasi (Kemayoran) adalah tantangan yang harus dijawab.
Tahun-tahun sebelumnya JJF memang menghadapi tantangan yang menarik dan selalu bisa dibuktikan dengan kesuksesan. Mendekati zero complain adalah kebanggaan bagi setiap penyelenggara event. Tahun 2009 lalu JJF terlaksana dengan sukses di tengah keraguan dunia musik internasional atas keamanan Indonesia. Pemerintah Amerika dan beberapa negara asal musisi asing menerapkan travel warning bagi masyarakatnya untuk berkunjung ke Indonesia. Kerja keras meyakinkan para bintang tersebutlah yang patut diacungi jempol sekaligus membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia adalah negara yang aman dan patut dikunjungi.
Teman-teman saya banyak yang mengeluhkan jauhnya lokasi JJF kali ini plus kurangnya koordinasi diantara panitia sendiri mengenai hall-hall yang digunakan. JIExpo memang memiliki hall-hall yang saling berpencar dengan jarak antara satu hall dengan hall yang lainnya berjarak lumayan. Pengunjung yang belum pernah mengunjungi JIExpo dan tidak mempunyai schedule acara tentunya akan kesulitan apalagi di tengah lautan pengunjung yang lain. Menurut teman saya pula, besarnya venue kali ini justru membuat event terlihat kurang pengunjung.
Venue yang besar memang bisa jadi membuat event kelihatan kurang pengunjung dan untuk penyelenggaraan di JIExpo ini adalah keluhan yang kesekian kali setelah Indonesia International Motor Show 2009 juga mengalami hal yang serupa. Penyelenggaraan tahun sebelumnya di JCC yang sangat padat pengunjung menyebabkan penyelenggara IIMS 2009 memindahkan event tahunannya ke JIExpo dengan alasan kenyamanan buat pengunjung.
Apapun tanggapan mengenai venue baru tersebut, yang jelas event JJF 2010 ini patut diacungi jempol karena konsistensi dan tekadnya untuk memperkenalkan Indonesia yang aman, nyaman dan bisa menjadi surga bagi penikmat musik (apapun genrenya, karena artis-artis JJF juga tidak semuanya bergenre jazz) dunia. Tugas tahun depan adalah mempertimbangkan penggunaan venue dengan efisien dan membawa musisi yang lebih baik dari segi kuantitas dan kualitas. Pemilihan artis yang fenomenal pada tahun tersebut juga patut dipertimbangkan. Jujur meskipun John Legend favorit saya tapi tidak begitu membuat penasaran seperti saat Jason Mraz muncul di JJF 2009 lalu.
0 komentar:
Posting Komentar