Selasa, 17 Mei 2011

Menapaki Jejak Sriwijaya - Candi Muara Takus Dan Pencarian Pengakuan Akar Kejayaan

Penemuan Cornet De Groot pada tahun 1860 mengangkat nama Candi Muara Takus di kalangan para ahli di dunia saat itu. Candi berbahan batu bata yang saat itu diperkirakan berasal dari zaman Hindu setelah melalui penelitian lebih lanjut yang dilakukan oleh Verbeek dan Van Delden diungkapkan sebagai bangunan Buddha.

Melalui penelitian dan pengukuran yang dilakukan J.W. Yzerman pada tahun 1889, candi Muara Takus memiliki luas 1.25 km2 dan dikelilingi dinding tembok seluas 74m x 74m yang terbuat dari batu pasir putih. Hasil dari pengukuran dan penelitian tersebut J.W. Yzerman dengan dibantu IR. Delprat membuat sketsa apa yang ditemukan saat itu dan perkiraan bentuk candi sebenarnya.

Sketsa yang dibuat tersebut mengungkapkan perkiraan luas sebenarnya Candi Muara Takus adalah seluas 9 hektar dengan dugaan terdapat 20 buah stupa. Dalam sketsa tersebut bahkan digambarkan ujung stupa berlapiskan emas setinggi 6m dan terdapat relief di beberapa sisinya. Sayangnya relief tersebut berikut arca singa dan teratai yang diceritakan oleh Cornet De Groot dan peneliti-peneliti sesudahnya saat ini tidak ditemukan lagi.

Pada kompleks candi Muara Takus saat ini terdapat bangunan candi Mahligai, candi Palangka, candi Bungsu, candi Tua dan pagar keliling. Selain itu masih ditemukan pula bangunan-bangunan yang belum diketahui secara pasti kegunannya. Salah satu bangunan diduga merupakan tempat pemandian putri.


Sumber batu bata yang digunakan untuk membangun Candi Muara Takus dibuat dari tanah di desa Pongkai. Batu bata yang telah dibuat semula diangkut dengan menggunakan sampan melalui sungai ke Muara takus. Karena mulai dirasakan berat, maka pengangkutan diubah dengan mengunakan manusia yang dibariskan dan memindahkan batu bata bata tersebut dari tangan ke tangan. Dapatlah dibayangkan banyaknya manusia yang melakukan pekerjaan tersebut mengingat jarak yang harus ditempuh sepanjang 8 km.

Menurut cerita turun temurun candi tersebut dibuat atas permintaan seorang putri dari India yang dibawa ke Muara Takus oleh Datuk Tiga Ahli setelah berlayar ke India. Putri tersebut di kalangan masyarakat dikenal sebagi Putri Reno Wulan atau Putri Induk Dunia. Candi yang dibuat sebagai syarat kerelaannya dibawa ke negeri tersebut. Putri tersebut meminta candi yang dibuat serupa dengan candi di tempat orang tuanya berasal. Mungkin itulah sebabnya candi Muara Takus memiliki kemiripan dengan Candi Acoka (Ashoka) di India.

Fenomena yang pernah terjadi adalah sekelompok gajah dipimpin seekor gajah putih pada malam purnama mendatangi candi dan melakukan posisi seperti sujud abdi menyembah kepada junjungannya. Kawanan gajah berjumlah kurang lebih 30 ekor tersebut kemudian mengelilingi candi Muara Takus. Kejadian yang lama terjadi sebelum pembangunan PLTA Koto Panjang tersebut banyak disaksikan masyarakat sekitar dan menjadi cerita menarik yang disampaikan kepada pengunjung kawasan tersebut. Dikaitkan dengan legenda dan mitologi Budha, gajah digambarkan sebagai salah satu reinkarnasi Budha. Gajah disebutkan juga sebagai simbol dan kendaraan seorang raja. Fenoma yang terjadi tersebut menunjukkan bahwa candi Muara Takus adalah tempat pernah bersemayamnya raja dan ratu kerajaan Budha pada jaman dahulu.

Meskipun masih terjadi silang pendapat tentang kapan didirikannya candi Muara Takus, tetapi peninggalan tertua hasil dari penggalian di sekitar candi ditemukan fragmen perunggu dengan tulisan Nagari yang diperkirakan berasal dari abad VII.


MUARA TAKUS AKAR KERAJAAN SRIWIJAYA

Penemuan Candi Muara Takus sebagai situs agama Budha terbesar di Sumatera dan dikaitkan dengan penemuan terakhir yang merujuk abad VII sebagai saat keberadaannya, memunculkan suatu pendapat baru. Pendapat yang pernah juga dikemukakan oleh J.L. Moens adalah pusat kerajaan Sriwijaya adalah di Muara Takus.

Kerajaan Sriwijaya adalah sebuah kerajaan maritim yang kuat di pulau Sumatera. Pengaruhnya selain di nusantara juga memiliki kekuasaan di banyak wilayah di Asia Tenggara. Kerajaan ini disebut menjadi pusat perdagangan sekaligus pengendali jalur perdagangan maritim di Selat Malak, Selat Sunda, Laut China Selatan, Laut Jawa dan Selat karimata. Kejayan kerajaan Sriwijaya tersebut diperkirakan pada abad ke VII. Bentuk kerajaan maritim diperkirakan dapat mengakibatkan pusat kerajaan berpindah-pindah. Inilah yang membuat banyaknya silang pendapat dimana pusat kerajaan atau dimana akar mula kerajaan Sriwijaya berada.

Mengacu pada catatan perjalanan I-Tsing yang mengabarkan keberadaan kerajaan Sriwijaya, pernyataan J.L. Moens dapat diyakini. I-Tsing yang seorang biarawan China melakukan perjalanan lewat laut ke India untuk mendapatkan teks agama Budha dalam bahasa Sansekerta. Semasa perjalanannya tersebut ia pernah mengunjungi kerajaan Sriwijaya selama enam bulan pada tahun 671. Selanjutnya pada tahun 685 – 695 I-Tsing tinggal di Sriwijaya.

Dalam catatan yang dibuatnya disebutkan bahwa ibukota Sriwjaya dikelilingi oleh benteng dan didiami oleh lebih dari 1000 orang Bhiksu. Menurutnya pada bulan ke delapan bayangan tongkat diwalacakra tidak menjadi lebih panjang atau pendek dan pada tengah hari orang berdiri tanpa bayangan.

Keberadaan Muara Takus yang terletak di daerah garis katulistiwa dirasakan cocok dengan catatan I-Tsing. Selain itu benteng yang disebutkan juga sama dengan kondisi candi yang dikelilingi tembok yang terbuat dari batu bata pasir putih. Bangunan candi yang biasanya diperuntukkan bagi upacara keagamaan dan tempat berkumpul Bhiksu yang jumlahnya bisa jadi lebih dari 1000 orang.

Beberapa penemuan seperti prasasti dan situs lainnya yang terdapat di banyak daerah di Sumatera memang memunculkan klaim dari daerah-daerah tersebut sebagai pusat kerajaan Sriwijaya. Fakta yang ada tidak ditemukannya peninggalan kerajaan Sriwijaya sebesar Candi Muara Takus dan berumur lebih tua di daerah lain tersebut dapat menjadi satu pedoman.

Selain itu menurut seorang tokoh budayawan Kampar, Drs. Abdul Latif Hasyim yang melakukan penelitian independen menyebutkan bahwa peninggalan-peninggalan di beberapa wilayah di Sumatera justru mengarah ke kondisi, budaya dan kebiasaan yang ada di Kampar atau Muara Takus.
Salah satu keraguan Muara Takus sebagai pusat kerajaan Sriwijaya yang masih muncul adalah bahwa Sriwijaya dikenal sebagai kerajaan maritim yang kekuatan armadanya bahkan berjaya menguasai kawasan Asia Tenggara. Tentu tidaklah mungkin kerajaan maritim berada di tepi sungai yang sebuah kapal sedangpun tidak mungkin berlabuh disana.

Penemuan sebuah dayung besar yang biasanya digunakan pada sebuah kapal besar pada jaman dahulu membersitkan keyakinan baru. Penemuan berikutnya berupa kompas kuno dari bambu yang diperkirakan serupa dengan kompas tertua yang ditemukan di Cina. Kompas pada jaman dahulu hanya digunakan oleh bangsa-bangsa penjelajah samudera.

Dua belas abad yang lalu diperkirakan muara sungai Kampar Kanan terletak jauh ke Barat dari tempatnya sekarang. Teori fenomena alam yang merubah laut menjadi endapan dan daratan pada ratusan tahun lalu mengemuka, terutama setelah ditemukan sumur dengan sumber air berkadar garam serupa air laut di kawasan sekitar candi Muara Takus.

EKSPLORASI CANDI MUARA TAKUS UNTUK MENGUNGKAP MISTERI

Mendukung pendapat dan teori keberadaan candi Muara Takus dan hubungannya dengan kerajaan Sriwijaya tentulah diperlukan penelitian yang lebih mendalam. Peneliti independen yang juga seorang tokoh budayawan Kampar, Drs. Abdul Latif Hasyim mengharapkan bantuan dan peran tidak saja dari Pemerintah Indonesia tetapi bahkan lembaga dunia seperti Unesco.
harapan penggalian untuk mengungkap misteri

Abdul Latif dalam salah satu kesempatan forum seminar di Yogyakarta yang dihadiri oleh kalangan ilmuwan dan akademisi, mempresentasikan keyakinannya tentang akar kerajaan Sriwijaya di Muara Takus. Presentasi yang mendapatkan sambutan bagus tersebut membersitkan keinginan dari kalangan ilmuwan pada saat itu untuk membuat suatu kajian ilmiah dengan mengundang kalangan peneliti nasional dan internasional. Sayangnya kami (Pemerintah Kabupaten Kampar) belum dapat melaksanakan karena terbentur dengan kondisi pendanaan.


Selain itu diutarakannya keinginan untuk mengusahakan candi Muara Takus sebagai Warisan Dunia yang diakui oleh Unesco. Tentunya dengan jalan itu penelitian, eksplorasi dan pemeliharaannya menjadi tanggung jawab dunia selain masyarakatnya sendiri. Dalam beberapa waktu yang berbeda beberapa paranormal dari beberapa daerah di Indonesia menyatakan penggalian ke dalam tanah candi Muara Takus perlu dilakukan. Selain kekayaan yang dapat ditemukan dipercaya bangunan candi Muara Takus tersebut berupa 8 tingkat. Hal ini hampir sama dengan sketsa perkiraan yang dibuat J.W. Yzerman dan IR. Delprat.
penemuan di lahan sawit penduduk, diperkirakan sebagai pelataran

Eksplorasi juga memungkinkan munculnya bukti-bukti baru yang dapat mengungkap misteri keberadaan dan kejayaan Sriwijaya yang sebenarnya. Sejarah mungkin akan diluruskan dan bukan tidak mungkin kejayaan yang dulu dimiliki dapat diraih kembali. Bukan tidak mungkin kebanggaan Indonesia sebagai pusat kekuatan di dunia internasional akan bertambah Harapan yang juga muncul dari Bupati Kampar H. Burhanudin Hussein yang selain ingin mengangkat candi Muara Takus untuk lebih dikenal juga mengajak generasi muda pada khususnya untuk mencintai sejarah.

Tulisan ini oleh-oleh dari PWI Tour 2011 dan dimuat di RiauInfo.com 
http://riauinfo.com/main/news.php?c=8&id=13642

Minggu, 01 Agustus 2010

Era Digital dan Pelestarian Budaya Indonesia

Pengalaman berkeliling ke beberapa daerah di Indonesia, mengenal beraneka seni dan kebudayaannya benar-benar membuat saya kagum pada Bangsa ini.

Sayangnya banyak seni dan budaya kita yang saat ini sudah tidak orisinil lagi, bahkan banyak pula hasil seni budaya yang telah hilang. Kesadaran kita terutama generasi muda untuk mencintai apalagi menggali potensi yang ada perlu diakui tidaklah besar. Jangankan mencoba mengenal dan mencintai produk seni budaya seluruh daerah-daerah di Indonesia, mengenal kekayaan daerah kita sendiri saja mungkin belumlah cukup.
Tanpa perlu mencari-cari sumber kesalahan, beberapa faktor mungkin bisa menjadi alasan. Salah satunya adalah kurangnya literatur tentang seni budaya kita yang terkemas secara menarik. Kemasan yang menarik dirasakan perlu untuk menarik minat penikmat terutama dari kalangan generasi muda. 

Era modern yang juga era serba digital saat ini haruslah menjadi suatu momentum penting kebangkitan budaya-budaya yang kita miliki. Perlu bagi kita untuk membuat suatu dokumen tentang budaya (termasuk seni di dalamnya) dengan memanfaatkan teknologi yang ada. Pemanfaatan teknologi dalam pelestarian budaya Indonesia ini tentunya sangat berarti untuk mencegah punahnya kekayaan budaya yang kita miliki. Kita dapat mengetahui langkah-langkah mempersiapkan suatu upacara suku tertentu juga dapat mengetahui setiap gerakan tarian-tarian di Indonesia.
Kesimpulan yang utama adalah, era digital ini adalah suatu masa dimana kita dituntut untuk memberikan warisan yang tiada taranya bagi perkembangan budaya anak cucu kita nantinya.

Kamis, 01 Juli 2010

Sport Event - Potensi Indonesia yang Perlu Berbenah

 Bulan Juni kemarin seluruh perhatian dunia terpusat pada gelaran akbar World Cup 2010 di South Africa. Indonesia untuk kesekian kali sudah bisa dipastikan tim sepakbolanya tidak akan berkiprah, meskipun demikian Indonesia patutlah berbangga masuk ke dalam tiga negara terbesar penggemar sepakbola dunia. Ironi memang tapi itulah kenyataannya.

Mengemas sebuah pertandingan olahraga menjadi sebuah event yang menarik adalah bukan hal yang baru di beberapa negara. Amerika berhasil menampilkan beberapa cabang olahraganya sehingga layak untuk dinikmati. Tidak hanya menghibur tetapi juga menjadi sebuah bisnis bahkan industri menguntungkan dan mampu menggerakan segala sumber daya yang ada. Bisa dipastikan deretan perusahaan berlomba-lomba menjadi sponsorship (bahkan yang utama) agar dapat mempromosikan produk mereka. 

Inggris juga menarik perhatian dunia lewat Premiere League-nya, Sepakbola dunia mendapatkan sumbangan tontonan berkualitas dari sini. Selain itu dari olahraga tenis, Wimbledon selain memiliki sejarah yang kuat juga menjadi magnet bagi perusahaan-perusahaan raksasa untuk berkiprah dan menjadikan ajang tersebut sebagai promosi besar mereka.
 
Bagaimana Indonesia? Sejauh ini hanya sedikit cabang olahraga yang diminati para pengusaha untuk menjadi ladang promosi mereka. Sebut saja sepakbola, bulu tangkis dan basket. Ke-tiga cabang tersebut bahkan sekarang dihadapkan pada kenyataan berkurangnya minat perusahaan untuk menjadi sponsornya. Bulu tangkis yang dulu menjadi salah satu tontonan menarik dengan keikutsertaan perusahaan pada setiap materi promosinya saat ini menjadi tontonan yang mulai berkurang peminatnya seiring dengan tenggelamnya prestasi internasional mereka. Begitu pula sepakbola, dengan seringnya terjadi kerusuhan yang menyebabkan panitia/pihak keamanan memutuskan pertandingan tanpa penonton tentunya berimbas kurang baik. Pihak sponsor tentunya akan menilai target profile mereka dilihat oleh banyak orang menjadi hilang.
 
Hal-hal yang lain tentunya berkaitan dengan keamanan nasional Indonesia sendiri. Masih jelas dalam ingatan batalnya tim Manchester United datang ke Indonesia dikarenakan tragedi bom kuningan (yang sialnya tejadi di hotel tempat pemain MU rencananya menginap selang satu hari sebelum kedatangan mereka).
Melihat ini semua tentunya perlu banyak hal yang harus diperbaiki. Sarana prasaran olahraga tentu menjadi salah satunya disamping keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu perlu kerja keras bagian kehumasan tiap cabang olahraga untuk mempopulerkan dan mencitrakan sisi positif cabang olahraga tersebut kepada masyarakat. Satu lagi hal penting lainnya adalah memberikan edukasi yang tidak saja kepada pelaku dunia olahraga tetapi juga masyarakat umum tentang pentingnya budaya fairplay dan spotifitas.
Bila semua itu dapat dipahami, disadari, diterapkan dan dilakukan dengan baik bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi salah satu destinasi penting penyelenggaraan event-event penting tingkat internasional. Apabila hal tersebut terwujud sudah dapat dipastikan segala sumber daya yang kita miliki akan menjadi maju.

Selasa, 22 Juni 2010

Indonesia Mencari Bakat - Bakat Indonesia Itu Memang Ada

Mungkin tulisan ini dianggap terlambat, tetapi menurut saya program andalan TransTV ini memang layak untuk diapresiasi. Alasan kuat saya menulis Indonesia Mencari Bakat ini karena pada hari Minggu tanggal 20 Juni kemarin adalah sesuatu yang membuat saya kagum dengan keanekaragaman bakat-bakat anak muda Indonesia. 

Keragaman yang sangat mengagumkan dari para Peserta pada episode tersebut sampai membawa para Juri kesulitan menentukan siapa bakat yang belum merupakan pilihan. Tiga terbawah dari segi popularitas memang cukup mengejutkan : Rumingkang dan Putri Ayu diantaranya selain JP Millenix yang sudah kedua kalinya berada pada posisi ini.

Sarah Sechan sempat berkomentar bahwa mereka terjebak pada pada posisi susah. Memilih JP seperti bukan pilihan yang tepat, karena selain usia yang sangat muda JP juga terus mengeksplor potensi dan bakat terpendam lain dari dirinya sehingga menambah banyak nilai plus buat performance-nya. Memulangkan Putri Ayu juga bukan hal yang mudah, karena talenta yang dimilikinya sepertinya lumayan susah dicari di Indonesia. Rumingkang yang membawa kesenian tari tradisional dengan koregrafi yang apik sehingga memikat untuk dinikmati juga tidak layak untuk disingkirkan. Khusus Rumingkang bahkan juri seolah terjebak dengan ketakutan dicap tidak cinta budaya Indonesia bila memilih mereka sebagai yang tidak berbakat. 

IMB berbeda dengan pemilihan-pemilihan bakat yang ada di Indonesia yang hanya mengandalkan popularitas saja. Seringkali polling sms lebih menentukan daripada bakat itu sendiri. Terus terang mungkin pemirsa kontes-kontes ini belum dewasa dalam menentukan mana yang layak untuk menjadi yang berbakat.

Dalam IMB dari penentuan polling sms didapat tiga terendah yang selanjutnya ditentukan oleh jJuri mana yang belum menjadi bakat pilihan. Konsep seperti ini jelas lebih fair, karena juri IMB berlatar belakang profesional-profesional yang memang berpengalaman dalam bidang hiburan (jelas berbeda dengan masyarakat biasa yang yang memiliki aneka latar belakang).

Melihat IMB pertama kali mengingatkan saya pada referensi teman untuk menonton rekaman Britain's Got Talent. Membawa konsep yang sama, Indonesia jelas lebih unggul. Beragam seni budaya tereksplor menjadi sebuah bakat yang sangat layak untuk ditampilkan. Peserta seperti Rumingkang, Berto, Belda (yang beberapa kali memadukan budaya Indonesia dengan fire dance-nya) mungkin hanya sedikit bakat asli Indonesia yang dapat tampil di IMB.  

Di session depan harapannya akan muncul bakat-bakat yang asli Indonesia. Ini tidaklah mengada-ada, karena bakat itu memang ada. Berbagai macam tarian, musik, nyanyian dan atraksi-atraksi budaya lainnya dimiliki Indonesia. Tanpa mengecilkan bakat lainnya, bakat-bakat berseni budaya asli Indonesia inilah yang harus lebih banyak dikenalkan terutama kepada generasi muda Indonesia.

Senin, 31 Mei 2010

Stand Contractor dan Design untuk Cerminan Sebuah Produk

Sebuah produk untuk lebih dikenal haruslah melakukan promosi yang baik. Salah satu bentuk promosi yang sering dilakukan adalah dengan menggelar sebuah pameran. Penyelenggaraan pameran biasanya memang bertujuan untuk membangun brand (terutama untuk produk-produk yang baru diluncurkan) dan penjualan langsung.

Saat ini semakin banyak jumlah perusahaan penyelenggara pameran yang memang sangat membantu perusahaan (produsen suatu produk) untuk mencapai tujuan mengenalkan dan menjual produknya. Indonesia bolehlah berbangga karena beberapa pameran yang diselenggarakan sudah dikenal hingga ke manca negara. Skala yang besar ataupun unsur tematik yang ditawarkanlah yang menjadikan beberapa event pameran Indonesia sangatlah menarik dan ditunggu untuk program annual-nya.

Perkembangan kegiatan pameran di Indonesia memunculkan sebuah bidang usaha yang telah dikenal sebelumnya untuk ikut berkembang . Stand Contractor membantu pengusaha atau produsen sebuah produk untuk maksimal membangun brand-nya melalui design stand yang menarik dan benar-benar dapat mencerminkan produk mereka.


Stand Contractor yang profesional mampu mengimplimentasikan potensi produk ke dalam design yang benar-benar sesuai. Design sebuah stand produk otomotif tentulah tidak bisa disamakan dengan design sebuah stand komestik. Pemilihan warna lembut tentulah juga tidak cocok dengan produk alat berat. Belum lagi masalah detail. Perusahaan otomotif untuk kelas atas tentu akan lebih cocok dengan design simpel yang elegan dengan warna yang kuat. Bandingkan dengan design produk fashion yang memungkinkan diberikan detail-detail yang artistik.

Selain itu Profesional Stand Contractor dituntut untuk dapat mengestimasikan biaya dan waktu yang tepat untuk mewujudkan design yang menarik. Perlu pula dipertimbangkan untuk mencermati design yang sedang disukai oleh penikmat pameran. 

Untuk mempertajam kemampuan para Stand Contractor tersebut diperlukan pelatihan-pelatihan yang melatih kepekaan dan menambah wawasan yang dibutuhkan untuk mewujudkan keinginan para produsen untuk menampilkan cerminan produk yang tepat.

Sabtu, 24 April 2010

Memilih Bali sebagai Tujuan Promosi Pariwisata Daerah-daerah di Indonesia

Awal bulan April 2010 lalu saya menerima e-mail dari seorang rekan di Bali. Rekan saya tersebut tergabung dalam Bali Village Association, sebuah organisasi nirlaba yang mengambil peran dan bertanggung jawab terhadap promosi Bali. Rekan saya menawarkan sebuah event Indonesia Travel Mart yang mengambil tema "Discover Indonesia". Rencananya event tersebut akan digelar pada tanggal 30 April - 2 Mei 2010 di Discovery Shopping Mall - Kuta Bali. Pemilihan tanggal pelaksanaan mengambil momen libur Hari Buruh Internasional yang kebetulan jatuh pada long weekend. Diperkirakan pada tanggal tersebut Bali akan dipenuhi oleh turis asing dari beberapa negara yang menjadi langganan berkunjung ke Bali.


Kurang lebih satu tahun yang lalu saya membaca hasil wawancara Jero Wacik (saat itu Menteri Kebudayaan dan pariwisata Kabinet Bersatu I) dengan beberapa media di Indonesia. Beliau mengandalkan Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia. Terpilihnya kembali Jero Wacik sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia pada kabinet yang baru tentunya akan bersifat meneruskan (dan mengembangkan) kebijakan-kebijakan yang telah diambilnya. Karenanya Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia tidak akan berubah.

Tidak perlu dipungkiri bahwa memang Bali adalah destinasi pariwisata terbaik dan terpopuler di dunia yang dimiliki Indonesia. Mengapa Bali terus yang dipromosikan adalah dikarenakan Bali merupakan pintu masuk wisatawan manca negara yang terbesar di Indonesia.

Diharapkan dengan dipromosikannya Bali sebagai ikon pariwisata Indonesia ke manca negara adalah terjadinya peningkatan kunjungan wisatawan asing ke Indonesia yang berbuntut dengan naiknya devisa negara. Hasilnya langkah ini ternyata membawa hasil yang menggembirakan.

Peningkatan wisatawan asing berkunjung ke Bali seharusnya menjadi peluang bagi daerah-daerah lain di Indonesia untuk dapat memanfaatkannya. Bali dapat dijadikan sebagai tempat promosi bagi daerah lain di Indonesia.

Berkaitan dengan hal tersebut patut menjadi bahan pertimbangan bagi setiap daerah untuk memilih dan menjadikan Bali sebagai daerah tujuan promosi pariwisata dengan pasar Internasional. Pertimbangannya adalah Bali bagi sebagian besar masyarakat dunia adalah rumah kedua mereka dan banyak wisatawan yang tinggal di Bali cukup lama hingga hitungan bulan terutama pada musim tertentu (summer).
Banyaknya tempat wisata dan atraksi di Bali memang tidak akan habis dikunjungi bahkan dalam satu tahunpun, tetapi tidak sedikit juga wisatawan yang mencari alternatif dengan berkunjung ke daerah lain di luar Bali.

Peluang ini sebenarnya sudah ditangkap oleh beberapa daerah di Indonesia. Tahun 2008 lalu misalnya Provinsi-provinsi di Kalimantan berpromosi di Bali melalui event Borneo Expo “Borneo Extravaganza”. Kalimantan mempromosikan paket petualangan memasuki hutan-hutan dan bertemu dengan aneka satwanya. Selain itu kehidupan dan kebudayaan Kalimantan (Dayak salah satunya) yang diperlihatkan dalam tarian dan photo-photo yang digelar ternyata membuat kagum wisatawan yang datang pada event tersebut. Beberapa daerah lainpun pernah melakukan hal serupa. Sumatera Barat sebelum gempa bulan September 2009 lalu juga menjadikan Bali sebagai salah satu tempat berpromosi wisata bagi daerahnya.

Kamis, 15 April 2010

Preston Bailey dan Torehan Keglamouran di Asia

Berita Pernikahan Nia Ramadani dan Ardie Bakrie memang banyak menyita perhatian masyarakat pemerhati selebritis Indonesia. 

Pernikahan yang mewah salah satunya terlihat  dari mewahnya dekorasi pernikahannya. Tidak ada berita resmi yang menyebutkan siapa dekorator pesta pernikahan mereka. 

Beberapa tahun yang lalu seorang sepupu Ardie Bakrie - Adinda Bakrie juga menyelenggarakan pesta pernikahan di Indonesia dengan dekorasi yang sangat menawan. Disebut-sebut saat itu dekorator (event designer) yang digunakan adalah Preston Bailey.

Menilik ke dalam website  serta blog-nya (http://www.prestonbailey.com dan http://prestonbailey.blogspot.com), karya - karya Preston Bailey memang bisa membuat kita bermimpi menjadi kliennya. Sentuhan kemewahan yang benar-benar glamour menjadi salah satu cirinya. Preston Bailey bahkan beberapa kali merancang sculpture yang mengagumkan yang menggambarkan sosok burung merak, angsa bahkan anjing pudel. Desain yang benar-benar indah itupun masih diberi sentuhan lighting yang dramatik. Benar-benar karya yang mengagumkan.

Sebelumnya nama Preston Bailey (kecuali kalangan atas Indonesia) mungkin  belum terlalu dikenal di Indonesia. Ternyata sosok ini di kalangan selebritis papan atas dunia (terutama Amerika) menjadi nama pertama yang disebut bila ada pertanyaan siapa event designer yang akan anda hubungi bila anda akan mengadakan sebuah pesta. Sederet nama tersohor di dunia menjadi langganannya. Sebut saja Donald Trump, pasangan Catherine Zeta Jones dan Michael Douglas, Oprah Winfrey, Uma Thurman, Donna Karan, Liza Minnelli, dan tentunya masih banyak lagi.

Menarik untuk diperbincangkan apabila ada orang Indonesia yang menggunakan jasa seorang Preston Bailey. Tentunya dia berasal dari kalangan yang istimewa, mempunyai selera dan pastinya ada sesuatu yang membuat Preston Bailey mau menangani event-nya. Preston Bailey sudah pasti mempunyai tarif yang menjulang, tapi yang penting lagi ada peluang baginya untuk mengembangkan sayapnya. 

Asia mungkin saja menjadi salah satu tempat yang menurutnya akan menjadi pasar yang bagus. Alasannya tentu saja karena budaya pesta (maupun acara-acara lainnya) beberapa negara di Asia memang menarik. Tidak simple, kaya akan warna dan detail yang menarik disamping menyukai kemewahan. Dibandingkan dengan Amerika yang menyukai pesta (pernikahan) yang serba simpel elegan (bahkan pilihan warna dekorasi pernikahan kebanyakan hanya putih), Asia tentunya menjadi tantangan yang menarik. 

Memilih Jakarta sebagai pusat bisnisnya di Asia, Preston Bailey tentunya berharap dapat menorehkan keglamourannya pada setiap event di Asia. Indonesia tentunya mendapat keuntungan, karena dengan berpusat di Indonesia tentunya akan banyak kesempatan  Preston Bailey mengenal Indonesia. Kekayaan dan keunikan Indonesia bukan tidak mungkin dapat menjadi inspirasi bagi karya-karya Preston Bailey. Bukan tidak mungkin suatu saat akan hadir detail ornamen-ornamen khas Indonesia di pesta selebrtis dunia.