Suatu kali pernah terjadi perdebatan seru antara saya dan teman saya mengenai siapa Bapak MICE Indonesia. Teman saya memilih Ali Sadikin karena menurutnya Pekan Raya Jakarta yang merupakan event eksebisi terbesar pertama di Indonesia lahir atas ide dan pemikiran beliau. Ali Sadikin bahkan melakukan riset hingga ke Jerman sehingga digelarnya event tersebut pada tahun 1968. Menurut teman saya pembentukan organisasi pengelola PRJ bahkan perkembangannya terus dipantau oleh Beliau.
Saya memilih Ir. Soekarno sebagai Bapak MICE Indonesia, karena beliaulah yang mewujudkan event internasional pertama di Indonesia: Konferensi Asia Afrika. Menurut saya tidak berlebihan (dan bukan karena kebetulan saat itu saya bekerja di Asia Africa Foundation) bila Ir. Soekarno layak bergelar Bapak MICE Indonesia. Atas peran beliaulah Konferensi Asia Afrika sukses menghadirkan Peserta dari negara-negara Asia Afrika yang masing-masing delegasinya selain terdiri dari Pemimpin Negara juga anggota-anggota lainnya.
Saat itu Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo mewakili Indonesia akan menghadiri undangan Konferensi Lima Negara di Kolombo. Bung Karno berpesan untuk membuat Konferensi yang dihadiri seluruh negara di Asia Afrika. Kenginan dan pemikiran Bung Karno ini diutarakan dalam Konferensi Kolombo tersebut yang dihadiri oleh negara India, Pakistan, Sri lanka dan Burma.
Menuruti keinginan Bung Karno pulalah Ali Sastroamidjojo mengirimkan undangan, meyakinkan dan memastikan agar Pemimpin-pemimpin negara-negara Asia Afrika dapat hadir. Sebanyak 25 negara diundang. Saat itu bahkan banyak negara yang masih berada di bawah bayang-banyang bekas penjajahnya.
Sebagai persiapan pelaksanaan event tersebut, Bung Karno mengganti nama Gedung Concordia menjadi Gedung Merdeka. Beliau bahkan sempat menginginkan merubah interior Gedung Merdeka. Mendekati pelaksanaan event tersebut Bung Karno menyempatkan meninjau persiapan-persiapannya meliputi :
akomodasi, logistik, transport, kesehatan, komunikasi, keamanan, hiburan, protokol, penerangan, dan lain-lain. Hotel Homann dan Hotel Preanger termasuk diantaranya yang Beliau tinjau karena termasuk hotel-hotel yang dipersiapkan sebagai tempat menginap para tamu yang berjumlah 1300 orang. Menurut salah satu sumber yang saya baca keperluan transport dilayani oleh 143 mobil, 30 taksi, 20 bus, dengan jumlah 230 orang sopir dan 350 ton bensin tiap hari serta cadangan 175 ton bensin. Tiap detail seolah tidak luput dari pengamatan Beliau.
Akhirnya Konferensi Asia Afrika sukses terselenggara yang tidak saja karena materi dan hasil konferensi yang akhirnya menginspirasi negara-negara Asia Afrika (banyak negara di Asia dan Afrika yang menuntut kemerdekaannya setelah konferensi ini), tetapi juga karena penyelenggaraan yang terkoordinasi dengan baik. Sukses penyelenggaraan event inilah yang memacu bermunculannya Konferensi tingkat Internasional di Indonesia.
Selain Konferensi Asia Afrika tahun 1955 masih banyak lagi event-event akbar berskala internasional yang lahir dari pemikiran Beliau. Karenanya (sekali lagi) sebutan Bapak MICE Indonesia tidaklah berlebihan dan layak digelarkan kepada Beliau.
Tulisan dari berbagai sumber :
The Bandung Connection (Roeslan Abdulgani), Yth. Ibu Wati Knapp (putri Bapak Roeslan Abdulgani)
Yth. Bapak Soejoko (General Secretary of Asia Africa Foundation)
0 komentar:
Posting Komentar