Kamis, 11 Februari 2010

The Time Traveller's Wife - The Movie

Beberapa waktu yang lalu saya direkomendasikan seorang teman untuk membaca buku The Time Traveller's Wife karya Audrey Niffenegger. Promosi temen saya bahwa buku itu merupakan salah satu New York Times Best Seller yang merupakan salah satu acuan bagi saya untuk memilih buku. Baru-baru ini sayapun telah menonton versi filmnya dengan judul yang sama. Bayangan saya dalam novel tersebut tergambar sama dengan filmnya.

The Time Traveller's Wife mencoba menggambarkan sisi lain kehidupan seorang penjelajah waktu. Sesuatu hal yang baru, karena beberapa cerita tentang seorang penjelajah waktu tidak pernah menampilkan sisi humanismenya yaitu memiliki seorang isteri ataupun anak dan berada dalam satu keluarga. Tokoh dalam film seperti  Sam Becket dalam Quantum Leap, Hiro Nakamura dalam Hero atau yang terakhir Spock dalam Startrek lebih menggambarkan kesendirian atau kemampuan mereka.

Henry Tamble (diperankan Eric Bana) adalah seorang penjelajah waktu yang sayangnya tidak dapat mengontrol kemampuannya. Dia bisa tiba-tiba menghilang dan tiba-tiba muncul ke suatu waktu yang tidak dia ketahui. Dalam perjalanan waktunya dia selalu betemu dengan Clare Abshire (Rachel Mc Adams) yang dimulai saat Clare Abshire kecil. Clare selalu siap menunggu di pinggir hutan dekat rumahnya dan siap dengan satu stel pakaian pria, karena Henry selalu muncul di suatu waktu tanpa mengenakan pakaian. Pertemuan dengan Clare sering berlangsung hingga Clare dewasa dan dia ditemukan dengan Henry muda yang pada saat itu belum pernah bertemu Clare.

Cinta Clare kepada Henry ternyata sudah dimulai dari kecil sehingga memudahkan jalan mereka menuju pernikahan dan kehidupan rumah tangga. Satu adegan yang lucu (meskipun tidak membuat saya tertawa) adalah saat Clare kecil mengungkapkan kecemburuannya karena Henry mengatakan dia telah mempunyai istri tanpa dia tahu bahwa sang istri tersebut adalah dirinya sendiri pada saat dewasa.

Seorang anak adalah dambaan setiap pasangan dan kehamilan adalah hal yang menggembirakan bagi mereka. Mereka lupa bahwa gen Henry bisa jadi menurun pada anak tersebut. Menarik sekali karena janin dalam kandungan Clare tiba-tiba bisa menghilang dikarenakan mewarisi gen ayahnya.

Akhirnya kesedihan dan ketakutan yang dimiliki oleh penjelajah waktu seperti Henry adalah melihat kematiannya sendiri. Sangat menyentuh melihat bagaimana Henry menyiapkan mentalnya dan keluarganya untuk meniggalkan dunia.

Jenis film roman seperti ini biasanya saya lewati, karena bukan termasuk genre favorit saya, apalagi dengan alur yang lambat. Cerita tentang penjelajah waktulah yang sebenarnya membuat saya tertarik. Sayangnya film ini tidak menampilkan kualitas akting yang benar-benar bagus dari para pemainnya. Baik Eric Bana maupun Rachel Mc Adams menampilkan ekspresi yang datar sepanjang film. Kualitas akting Eric bana yang biasa-biasa saja (tidak seperti dalam film Munich yang membuat saya salut) tidak akan ditemui disini.

0 komentar:

Posting Komentar