Ramainya pembicaraan kesuksesan empat buku Stephenie Meyer dari Twilight Series dan ditambah suksesnya film Twilight dan New Moon menjadi dasar promosi buku The Host. Saya seperti biasa penasaran dan tergoda untuk membeli buku-buku yang masuk kategori Best Seller.
Saya yang sebenarnya kurang begitu menyukai cerita romantis ala Twilight lebih tertarik pada The Host karena resensi buku ini. Sesuatu yang membuat saya penasaran juga adalah tebal buku tu sendiri. Di kepala saya seolah The Host adalah beberapa buku yang dirangkum jadi satu seperti bila Stepehenie Meyer membuat empat buku Twilight (yang tipis-tipis) menjadi satu.
Setelah habis saya baca ternyata tebalnya buku adalah lebih karena gaya bertutur Stephenie Meyer yang detail dan tidak ingin ada yang terlewat. Menurut saya gaya Stephenie Meyer ini bagi hampir banyak orang membosankan ditambah lambannya jalan cerita (saya akhirnya menyelesaikan membaca buku ini setelah satu blan hanya karena bosan tapi juga penasaran).
Apapun itu salut saya adalah idenya tidak biasa tentang sosok Alien. Dalam buku ini invasi alien digambarkan sebagai sosok mungil berwarna perak (yang menurut Kyle salah satu tokoh dalam buku ini menyerupai ulat) yang merupakan jiwa yang menjadikan tubuh manusia sebagai inangnya.
Sosok-sosok perak ini dimasukkan dalam kepala manusia yang akhirnya menjajah otak manusia sehingga berpola pikir dan berbudaya bukan manusia. Manusia yang melakukan pemberontakan dalam tubuhnya sendiri itulah yang menarik dari buku ini.
Pemberontakan Melanie dalam tubuhnya sendiri yang dikuasai oleh jiwa bernama Wanderer akhirnya justru membawa suatu jalinan pertemanan karena satu keinginan bertemu Jared kekasih Melanie. Melanie lebih dikarenakan cintanya pada Jared sedangkan Wanderer lebih pada keingintahuan pada sosok Jared (yang sebenarnya juga membuatnya jatuh cinta).
Jalan cerita buku ini sendiri diwarnai juga oleh beberapa tokoh manusia yang bersembunyi dari incaran para Pencari (sosok jiwa yang bertugas mencari inang) dan Penyembuh (dokter bagi para jiwa).
Satu kejadian yang menggelitik bagi saya adalah bahwa manusia yang terjajah ternyata masih lebih sadis (Wanderer menyebutnya monster) daripada para penjajah itu sendiri.
Harapan saya apabila buku ini ternyata akan difilmkan adalah Stephenie Meyer menemukan Sutradara yang tepat yang dapat mengubah gaya bertutur yang lambat seperti dalam buku ini.
0 komentar:
Posting Komentar